Pancasila Vs Khilafah
Sistem Demokrasi Pancasila (SDP) versus Sistem Khilafah HTI (SKH)
Membandingkan sesuatu itu harus apple to apple. Misal ingin menguji mana yang lebih manis, maka jenis buahnya harus sama, jeruk A dibandingkan dengan jeruk B, atau apel A dibandingkan dengan apel B. Tidak bisa membandingkan apel dengan jeruk, karena tidak sejenis.
Cara perbandingan seperti inilah yang tidak dipaham oleh para anggota HTI. Buktinya, mereka membandingkan Demokrasi versus Islam. Ini tidak apple to apple namanya. Demokrasi itu cara/metode pengambilan keputusan sedangkan Islam itu agama. Sering juga mereka membandingkan Pancasila versus Islam. Ya tidak bisa dong. Pancasila itu jenis ideologi, sedangkan Islam itu nama agama. Jika membandingkan itu sesame jenis agama, misal Islam versus Kristen atau Islam versus Hindu. Jika membandingkan ideologi, ya harus sesama ideologi, misal ideologi Pancasila versus ideologi Komunis, ideologi Pancasila versus ideologi Kapitalis, atau ideologi Pancasila versus ideologi Islam. Ingat Islam yang dimaksud di sini adalah islam sebagai ideologi, bukan Islam sebagai agama.
Kelompok Islamis telah menyeret islam yang sejatinya adalah agama, ditarik ke bawah menjadi ideologi, ideologi Islam. Hal ini akan membuat rancu ketika di face to face kan dengan ideologi lainnya, misal Pancasila, Kapitalisme , Komunisme atau Sosialisme. Islam itu harusnya jangan ditarik menjadi ideologi. Taruhlah Islam itu tinggi, jangan dibanding-bandingkan dengan ideologi Pancasila, Kapitalime atau Komunisme. Jika Islam dibuat ideologi maka sama dngan menurunkan derajat Islam itu sendiri.
Rancunya, ya seperti kasus di atas. Islam akan dibenturkan dengan Pancasila. Padahal Pancasila itu adalah salah satu dari cara penerapan Islam agar lebih membumi, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Repotnya ketika ideologi Pancasila pada saat tertentu ternyata berseberangan dengan ideologi Islam, maka para pengasong HTI merubah yang dihadapkan-hadapkan dengan Pancasila itu Islam sebagai agama, bukan Islam sebagai ideologi lagi. Ini namanya tidak fair. Jika ideologi kalah bersaing maka minta bantuan agama, jika Islam sebagai ideologi kalah maka pakai jurus Islam sebagai agama, lalu dihadap-hadapkan dengan Pancasila. Inilah kesalahan para anggota HTI.
Sekali lagi, dalam membandingkan sesuatu itu harus apple to apple. Sistem Demokrasi Pancasila (SDP) versus Sistem Khilafah HTI (SKH). Jika sudah sesame system, maka perlu dilihat lagi, dua alat uji tersebut kondisinya sudah diimlementasikan di lapangan atau masih konsep? Ternyata ini yang belum apple to apple. Ssistem Demokrasi Pancasila dengan kondisi dalam bentuk empris praktis, sedangkan Sistem Khilafah HTI masih dalam bentuk konseptual wacana, yang tidak adanya wujud kongkrit.
HTI menghujat Sistem Demokrasi Pancasila, yang dihujat itu memang ada di depan mata, negaranya memang wujud, yaitu Indonesia. Sehingga para pengasong HTI begitu mudah menyalah-salahkan, dari persoalan BUMN, covid-a9, pengangguran, kemiskinan dn sebagainya. Kejelekan pemerintah diungkit-ungkit, lalu ditutup dengan solusinya khilafah HTI, karena katanya khilafah sesuai Alquran sehingga pasti membuat rakyat sejahtera. Benar demikiankan?
Di sinilah letak ketidak adilannya. Pihak yang pro Sistem Demokrasi Pancasila tidak bisa membalas serangan para pengasong HTI karena Sistem khilafah HTI itu masih dalam konsep (bayang-bayang yang berlindung di ketiak Islam). Ingat yang Namanya konsep, bicaranya itu sok idealis.
Yang adil itu seperti ini misalnya, jika HTI sudah ada bentuk sistem khilafah dan sudah diimplementasikan dalam kenyataan (berwujud nyata), bisa dibandingkan dengan Sistem Demokrasi Pancasila. Misalnya Sistem Khilafah model HTI sudah terbentuk (berwujud) di Arab Saudi dengan negara anggota kekhilafahan itu Irak, Pakistan, Maroko, Mesir, dll. Lalu akan dibandingkan Sistem Khilafah HTI yang sudah diterapkan pada kekhilafahan tersebut, dibandingkan dengan Sistem Demokrasi Pancasila di Indonesia. Mana yang lebih baik dalam penanganan covid-19, pengangguran, penanganan kasus korupsi, penanganan pengangguran, dan sebagainya.
Jika demikian adanya maka adil, sama-sama sudah berwujud sistemnya. Jika masih keadaannya seperti ini maka kalian yang HTI dengan mudahnya mencari masalah untuk dikritisi, dibully, dicharacter assassination. Misal masalah penanganan pengangguran dan corona. Tinggal kita lihat saja bagaimana cara penanganan di Indonesia yang memakai Sistem Demokrasi Pancasila dibanding kekhilafahan HTI. Mana yang lebih baik dalam penanganan covid-19 dan pengangguran.
Ibarat pertandingan tinju itu, pihak sistem demokrasi Pancasila petinjunya diikat di ring, sedangkan petinju sistem khilafah dibiarkan bebas. Ya pasti yang petinju sistem demokrasi pancasila dihajar terus-menerus, karena nyata dan wujud ada di depan mata. Sedangkan petinju sistem demokrasi tidak bisa membalas karena petinju sistem khilafah HTI hanya bayang-bayang.
(Nun)
Follow Instagram HWMI :
https://www.instagram.com/hubbul_wathon_
#HubbulWathonMinalIman
Membandingkan sesuatu itu harus apple to apple. Misal ingin menguji mana yang lebih manis, maka jenis buahnya harus sama, jeruk A dibandingkan dengan jeruk B, atau apel A dibandingkan dengan apel B. Tidak bisa membandingkan apel dengan jeruk, karena tidak sejenis.
Cara perbandingan seperti inilah yang tidak dipaham oleh para anggota HTI. Buktinya, mereka membandingkan Demokrasi versus Islam. Ini tidak apple to apple namanya. Demokrasi itu cara/metode pengambilan keputusan sedangkan Islam itu agama. Sering juga mereka membandingkan Pancasila versus Islam. Ya tidak bisa dong. Pancasila itu jenis ideologi, sedangkan Islam itu nama agama. Jika membandingkan itu sesame jenis agama, misal Islam versus Kristen atau Islam versus Hindu. Jika membandingkan ideologi, ya harus sesama ideologi, misal ideologi Pancasila versus ideologi Komunis, ideologi Pancasila versus ideologi Kapitalis, atau ideologi Pancasila versus ideologi Islam. Ingat Islam yang dimaksud di sini adalah islam sebagai ideologi, bukan Islam sebagai agama.
Kelompok Islamis telah menyeret islam yang sejatinya adalah agama, ditarik ke bawah menjadi ideologi, ideologi Islam. Hal ini akan membuat rancu ketika di face to face kan dengan ideologi lainnya, misal Pancasila, Kapitalisme , Komunisme atau Sosialisme. Islam itu harusnya jangan ditarik menjadi ideologi. Taruhlah Islam itu tinggi, jangan dibanding-bandingkan dengan ideologi Pancasila, Kapitalime atau Komunisme. Jika Islam dibuat ideologi maka sama dngan menurunkan derajat Islam itu sendiri.
Rancunya, ya seperti kasus di atas. Islam akan dibenturkan dengan Pancasila. Padahal Pancasila itu adalah salah satu dari cara penerapan Islam agar lebih membumi, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Repotnya ketika ideologi Pancasila pada saat tertentu ternyata berseberangan dengan ideologi Islam, maka para pengasong HTI merubah yang dihadapkan-hadapkan dengan Pancasila itu Islam sebagai agama, bukan Islam sebagai ideologi lagi. Ini namanya tidak fair. Jika ideologi kalah bersaing maka minta bantuan agama, jika Islam sebagai ideologi kalah maka pakai jurus Islam sebagai agama, lalu dihadap-hadapkan dengan Pancasila. Inilah kesalahan para anggota HTI.
Sekali lagi, dalam membandingkan sesuatu itu harus apple to apple. Sistem Demokrasi Pancasila (SDP) versus Sistem Khilafah HTI (SKH). Jika sudah sesame system, maka perlu dilihat lagi, dua alat uji tersebut kondisinya sudah diimlementasikan di lapangan atau masih konsep? Ternyata ini yang belum apple to apple. Ssistem Demokrasi Pancasila dengan kondisi dalam bentuk empris praktis, sedangkan Sistem Khilafah HTI masih dalam bentuk konseptual wacana, yang tidak adanya wujud kongkrit.
HTI menghujat Sistem Demokrasi Pancasila, yang dihujat itu memang ada di depan mata, negaranya memang wujud, yaitu Indonesia. Sehingga para pengasong HTI begitu mudah menyalah-salahkan, dari persoalan BUMN, covid-a9, pengangguran, kemiskinan dn sebagainya. Kejelekan pemerintah diungkit-ungkit, lalu ditutup dengan solusinya khilafah HTI, karena katanya khilafah sesuai Alquran sehingga pasti membuat rakyat sejahtera. Benar demikiankan?
Di sinilah letak ketidak adilannya. Pihak yang pro Sistem Demokrasi Pancasila tidak bisa membalas serangan para pengasong HTI karena Sistem khilafah HTI itu masih dalam konsep (bayang-bayang yang berlindung di ketiak Islam). Ingat yang Namanya konsep, bicaranya itu sok idealis.
Yang adil itu seperti ini misalnya, jika HTI sudah ada bentuk sistem khilafah dan sudah diimplementasikan dalam kenyataan (berwujud nyata), bisa dibandingkan dengan Sistem Demokrasi Pancasila. Misalnya Sistem Khilafah model HTI sudah terbentuk (berwujud) di Arab Saudi dengan negara anggota kekhilafahan itu Irak, Pakistan, Maroko, Mesir, dll. Lalu akan dibandingkan Sistem Khilafah HTI yang sudah diterapkan pada kekhilafahan tersebut, dibandingkan dengan Sistem Demokrasi Pancasila di Indonesia. Mana yang lebih baik dalam penanganan covid-19, pengangguran, penanganan kasus korupsi, penanganan pengangguran, dan sebagainya.
Jika demikian adanya maka adil, sama-sama sudah berwujud sistemnya. Jika masih keadaannya seperti ini maka kalian yang HTI dengan mudahnya mencari masalah untuk dikritisi, dibully, dicharacter assassination. Misal masalah penanganan pengangguran dan corona. Tinggal kita lihat saja bagaimana cara penanganan di Indonesia yang memakai Sistem Demokrasi Pancasila dibanding kekhilafahan HTI. Mana yang lebih baik dalam penanganan covid-19 dan pengangguran.
Ibarat pertandingan tinju itu, pihak sistem demokrasi Pancasila petinjunya diikat di ring, sedangkan petinju sistem khilafah dibiarkan bebas. Ya pasti yang petinju sistem demokrasi pancasila dihajar terus-menerus, karena nyata dan wujud ada di depan mata. Sedangkan petinju sistem demokrasi tidak bisa membalas karena petinju sistem khilafah HTI hanya bayang-bayang.
(Nun)
Follow Instagram HWMI :
https://www.instagram.com/hubbul_wathon_
#HubbulWathonMinalIman
No comments for "Pancasila Vs Khilafah"
Post a Comment